BeritaAzam.com, Kampar – Sepiring goreng ubi tersaji di meja tamu. Tekstur bagian luar sangat renyah, namun terasa empuk dan berserat di bagian dalam. Kudapan lain juga tersaji di meja lainnya. Ada keripik singkong, aneka jenis sayur, buah pepaya sampai dua buah jeruk bali berukuran jumbo.
“Ubi goreng ini dimasak menggunakan kompor biogas. Sedangkan buah-buahan dan sayur ini tumbuh subur dengan hasil yang cukup baik menggunakan pupuk bioslurry,” kata Sudarman, warga Desa Mukti Sari, kecamatan Tapung, Kampar.
Pagi itu, Sudarman berserta warga Desa Mukti Sari lainnya kedatangan banyak tamu, mulai dari perwakilan Pemerintah Kabupaten Kampar, Pemprov Riau, perwakilan Forkopimda hingga akademisi dalam rangka Aktivasi Desa Energi Berdikari (DEB) Berbasis Biogas yang digaungkan oleh Pertamina.
Seketika Sudarman menunjukkan proses bagaimana reaktor biogas bekerja, hingga akhirnya dapat menyalakan api kompor dengan sempurna. “Lihat bapak dan ibu, apinya menyala bagus sekali, berwarna biru dan mekar,” tukasnya.
Sudarman adalah salah satu warga penerima manfaat dari program Desa Energi Berdikari (DEB). Program DEB Mukti Sari adalah salah satu dari total 28 DEB yang tersebar di berbagai penjuru Indonesia. Program ini merupakan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) Pertamina Hulu Energi (PHE) yang dibina juga oleh Pertamina Hulu Rokan (PHR) sebagai salah satu bagian dari unit usaha PHE, dan ini merupakan DEB Berbasis Biogas terbesar, dengan total kapasitas reaktor biogas hingga 165 m3.
Tak sekedar fokus dalam ketahanan energi, implementasi teknologi sederhana yang ramah lingkungan ini turut mewujudkan sirkular ekonomi untuk kesejahteraan masyarakat desa.
“Melalui program ini, PHR berupaya memberikan aksesibilitas energi terjangkau untuk masyarakat desa, dapat meningkatkan kualitas hidup dari manfaat ekonomi tambahan yang diciptakan serta mampu mengurangi pencemaran udara dan polusi lingkungan,” kata Manager Corporate Sosical Responsibility (CSR) PHR WK Rokan Pinto Budi Bowo Laksono, pada kegiatan Aktivasi Desa Energi Berdikari (DEB) di Desa Mukti Sari, Senin (10/6/2024).
Hingga saat ini, terdapat 20 reaktor biogas untuk masyarakat Desa Mukti Sari. Sedangkan satu unit reaktor biogas lainnya berada di Kecamatan Rumbai, Pekanbaru.
Melalui DEB Berbasis Biogas ini, PHR mencatat terdapat potensi reduksi emisi karbon hingga 56,8 ton CO2 equivalent per tahun dan telah berhasil mengelola limbah organik sebesar 319,38 ton di tahun 2023.
“Pada tahun 2022, kami memulai program DEB dan Alhamdulillah masih terus berkembang hingga saat ini. Tahun 2024 ini kami juga memperluas jangkauan program serupa di daerah operasi PHR WK Rokan bagian utara, tepatnya di Kabupaten Rohil,” kata Pinto.
Reaktor biogas di Desa Mukti Sari sejauh ini telah menyasar 150 orang penerima manfaat, khususnya Kelompok Tani Biotama Agung Lestari dan peternak, santri pondok pesantren dan masyarakat umum.
Bersama mitra pelaksana Yayasan Rumah Energi (YRE), PHR mendorong peningkatan kapasitas masyarakat dengan memberikan pelatihan Pembangunan konstruksi reaktor. Tidak hanya menghasilkan energi, instalasi biogas turut memberikan efek berganda bagi masyarakat.
Kelompok masyarakat binaan PHR ini juga mampu memproduksi bioslurry atau pupuk cair dan padat hingga menjadi pundi-pundi pendapatan baru bagi masyarakat. Bioslurry merupakan ampas yang tersisa dari biogas yang dapat dimanfaatkan menjadi pupuk. Hingga saat ini, para penerima manfaat telah menghasilkan rata-rata produksi pupuk cair sebanyak 773.3 liter per bulan.
“Pada rentang 3 kali produksi dalam kurun waktu 3 bulan, dapat mencapai 2000 liter, dan harapannya masih memiliki potensi untuk berkembang. Kami sangat mengapresiasi semangat serta kerja keras kelompok yang memanfaatkan secara optimal hasil dari Program TJSL ini,” ucap Pinto.
Program Desa Energi Berdikari (DEB) berbasis biogas diakui Kepala Desa Mukti Sari Waryono telah memberikan nilai tambah cukup signifikan bagi pendapatan masyarakat. Keberadaan reaktor biogas mampu menekan biaya perbulan masyarakat untuk pembelian gas elpiji. Rerata potensi penghematan pengeluaran Gas LPG oleh masyarakat setelah menggunakan biogas sebesar Rp. 67 ribu perbulan atau setara Rp 814 ribu per tahun.
Sedangkan rerata potensi penghematan pembelian pupuk kimia oleh masyarakat setelah menggunakan bioslurry sebesar Rp 222 ribu per bulan atau Rp 2.6 juta per tahun. Sementara rerata potensi tambahan pendapatan masyarakat dari hasil menjual langsung bioslurry atau hasil tani dan kebun yang menggunakan bioslurry sebesar Rp 240 ribu bulan atau Rp 2.8 juta tahun.
Keberadaan reaktor biogas dengan sendirinya mendorong masyarakat memanfaatkan lahan pekarangan untuk berkebun sayur dan buah-buahan. “Terima kasih kepada PHR atas dukungan reaktor biogas yang telah memberikan nilai tambah bagi warga desa. Tentunya ini merupakan hal baik baik desa kami,” ujarnya.*