BeritaAzam.com, Bengkalis – Deburan ombak silih berganti menghempas kayu bakau di tepian pantai. Batu-batu cadas membentengi daratan. Tujuh belas kilometer hamparan pasir putih turut mempersolek panorama baharinya. Rupat Utara, itulah lokasi semenanjung yang menghadap selat Malaka. Punya pantai yang indah bak pulau Dewata.
Lokasi ini, merupakan salah satu tempat wisata unggulan di pesisir Riau. Ibarat surga tersembunyi yang masih asri dan banyak potensi. PT Pertamina Hulu Rokan (PHR) sebagai perusahaan yang memiliki visi global turut andil dan fokus dalam pengembangan sektor pariwisata tersebut.
PHR bersama Sekolah Tinggi Pariwisata (STP) Riau membina masyarakat di wilayah Rupat Utara untuk merangsang kemampuannya dalam pengelolaan pariwisata dan menjadikan masyarakat yang berdaya serta mandiri.
Sebagai mitra PHR, Direktur STP Riau Eni Sumiarsih langsung terjun dalam pembinaan masyarakat setempat. Ia tampak gigih mengajari warga untuk punya bakat. Utamanya, yaitu membangkitkan semangat warga lokal untuk sadar potensi wisata dari Pulau Rupat.
“Kami fokus mengajak masyarakat di sini untuk memperkuat potensi pariwisata dan ekonomi kreatifnya,” kata Eni, usai acara diskusi bertema Pengembangan Desa Wisata dan Ekonomi Kreatif Pulau Rupat, yang diselenggarakan di Aula Kantor Camat Rupat Utara, Bengkalis belum lama ini.
PHR bersama STP Riau punya misi mengembangkan pariwisata dan ekonomi masyarakat setempat. Kerja sama dengan pola pentahelix tersebut untuk menggali potensi dan mengenalkan Rupat Utara sebagai surga wisata.
Konsep pentahelix atau multipihak yang dijalankan PHR merupakan perpaduan unsur pemerintah, akademisi, pelaku usaha, masyarakat atau komunitas, dan media yang bersatu padu berkoordinasi untuk mengembangkan inovasi pengetahuan yang memiliki potensi untuk dikapitalisasi atau ditransformasi menjadi tujuan yang konkret dan maju.
Di Rupat, ada banyak potensi lokal yang punya nilai jual tinggi, salah satunya Pantai Lapin sepanjang 17 kilometer tadi. Wilayah pesisir itu terdiri dari 7 desa, namun yang menghadap ke laut dan jadi sasaran program pembinaan PHR di antaranya Desa Tanjung Punak, Teluk Rhu dan Putri Sembilan.
Desa-desa ini menghadap langsung ke bibir pantai Selat Malaka. Setiap tahunnya, tak kurang dari 3.000 pelancong datang ke lokasi. Mereka yang penasaran dengan pesona bentangan alam bahari ini datang langsung ke pulau Rupat, walaupun jarak tempuhnya juga tidak dekat.
Bukan hanya unggul dari segi panorama alam saja, wilayah tersebut juga kental dengan adat dan budaya. Setiap tahunnya, warga di Rupat Utara, Kabupaten Bengkalis menggelar Ritual Mandi Safar yang telah menjadi agenda tahunan. Kemudian ada juga budaya Tari Zapin Api yang menjadi warisan budaya tak benda (WTB) dari UNESCO dan Festival Gasing tingkat provinsi.
Eni Sumiarsih tak lelah menitipkan asa kepada warga sekitar untuk berdaya. Pihaknya bersama PHR terus mendorong terciptanya masyarakat untuk sadar wisata dan peningkatan ekonomi kreatif.
“Kami dorong juga warga untuk bisa memproduksi oleh-oleh bagi wisatawan yang datang ke sini. Selain itu juga dorongan untuk mengelola homestay, yang tujuannya agar para wisatawan semakin tertarik datang ke sini,” tutur Eni.
Meski secara geografis wilayah ini sudah berdiri lama, namun pengembangan potensi tersebut baru-baru ini digesa. Pertamina Hulu Rokan (PHR) bersikukuh untuk mengawali pemberdayaan masyarakat lokal pada Maret 2022.
Hal ini juga sebagaimana target Pemkab Bengkalis dan Pemprov Riau untuk mengenalkan pariwisata Riau ke kancah nasional, bahkan internasional.
Di sinilah peran PHR dan STP Riau sangat penting, di mana sektor-sektor ekonomi kreatif masyarakat terus digesa. Pada berbagai kesempatan, mitra PHR dalam program pengembagan wisata ini mengajarkan warga untuk membuat produk UMKM, kuliner khas laut, pelatihan tourism, tata kelola homestay, hingga potensi lain untuk menarik wisatawan.
Baru-baru ini, salah satu desa yang jadi binaan PHR tersebut juga lolos mendapatkan apresiasi 15 desa wisata Riau, yaitu Desa Tanjung Punak. Desa dengan pesona 17 kilometer pantainya itu menjadi salah satu yang dilirik dari ratusan desa wisata yang ada di Bumi Lancang Kuning, Riau.
“Rupat ini juga merupakan kawasan strategis pariwisata nasional, yang merupakan pesisir dengan memiliki pantai dan letaknya segitiga emas. Di sini kita bisa melihat lampu-lampu dari negeri Sembilan Malaysia, tentunya program peningkatan kapasitas ini sangat bagus untuk kemajuan daerah,” ujar Eni.
Terpisah, Corporate Secretary PHR Rudi Ariffianto menyampaikan, bahwa PHR menitikberatkan program Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) untuk masyarakat. Yang dilakukan PHR di Rupat Utara merupakan salah satu upaya peningkatan ekonomi dan pengembangan UMKM dengan target menjadikan desa wisata yang maju. Sebagai korporat, PHR memiliki obligasi sosial untuk tumbuh dan berkembang bersama masyarakat di mana PHR beroperasi.
“Tempat ini akan menyusul kesuksesan Kampung Patin yang di Kampar,” tuturnya.
Sebagai informasi, Kampung Patin Kampar binaan PHR tersebut berhasil meraih berbagai prestasi tingkat nasional melalui program Dukungan Terhadap Desa Wisata di Riau. Pencapaian Desa Wisata Kampung Patin juga merupakan kebanggaan masyarakat Riau dan menjadi energi positif bagi pengembangan desa-desa wisata lainnya di Riau.
”Kami tengah mejajaki pelaksanaan program serupa di wilayah operasi PHR lainnya di Riau. PHR akan mereplikasi best practices (praktik-praktik terbaik) di Kampung Patin untuk destinasi desa wisata. Setelah membina Desa Koto Masjid, PHR WK Rokan sedang menjajaki Pulau Rupat Bengkalis, untuk membantu pengembangan wisata bahari di sana dengan target untuk go international,” ungkap Rudi Ariffianto.
Pelaksanaan program tersebut berdasarkan pemetaan sosial dan juga diselaraskan dengan peta jalan pemerintah provinsi Riau khususnya Dinas Pariwisata baik di tingkat kabupaten maupun tingkat provinsi.
Dalam program ini, PHR dan STP Riau melatih dan membimbing masyarakat untuk meningkatkan keterampilan di bidang pemandu wisata, identifikasi potensi objek wisata, penginapan (homestay), suvenir, dan kuliner. Konsep yang dikembangkan adalah wisata berbasis komunitas (community based tourism/ CBT).
Wisata berbasis komunitas ini merupakan konsep pengembangan suatu destinasi wisata melalui pemberdayaan masyarakat lokal yang mempertimbangkan aspek keberlanjutan lingkungan, sosial, dan budaya. Program ini berupaya membangun keterampilan komunitas dan menjaga konservasi lingkungan.
Di sisi lain, Pulau Rupat termasuk Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN). Memiliki pantai pasir putih sepanjang 17 kilometer. Di kawasan wisata bahari ini sudah tersedia sejumlah villa hingga homestay.
Fokus program desa wisata binaan PHR adalah Peningkatan SDM pariwisata dan ekonomi kreatif, yang meliputi Kabupaten Kampar (Desa Dewi Koto Mesjid dan Dewi Pulau Belimbing), Kabupaten Bengkalis di Kecamatan Rupat Utara (Desa Tanjung Punak, Dewi Teluk Rhu dan Dewi Puteri Sembilan) dan Kota Pekanbaru (Wisata Kreatif Kampung Bandar).
Selain itu, lewat program TJSL ini, PHR berfokus pada bidang pemberdayaan ekonomi masyarakat, pendidikan, lingkungan hidup, kesehatan, dan bantuan pasca bencana.
Berawal dengan 10 program di tahun 2021, kini PHR dalam setahun telah melaksanakan 30 program TJSL yang dilaksanakan oleh berbagai mitra pelaksana yang jumlahnya juga meningkat dari 10 ke 21 mitra.
Dari segi dampak ke masyarakat, terdapat peningkatan 4 kali lipat jumlah penerima manfaat, dari 5.000 menjadi 21.000 orang penerima manfaat di Provinsi Riau untuk seluruh program CSR di bidang ekonomi, pendidikan, kesehatan dan lingkungan. Seluruh program itu tercakup ke dalam 12 dari 17 target atau goals dalam Sustainable Development Goals (SDGs).*