BeritaAzam.com, Siak – Sepuluh mahasiswa Universitas Riau angkatan 2021 sedang melaksanakan kegiatan Kuliah Kerja Nyata (KKN) Bangun Kampung di kampung Kemuning Muda, Kecamatan Bungaraya, Siak. Kelompok ini dibimbing oleh Ir. Edy Ervianto, M.T dan diketuai oleh Muhammad Rifqi Syakara. Sedangkan anggotanya terdiri dari Faisal Meiandreas, M Riddo, Najmi Khairussyifa, Nasya Adilla Muna, Nisa Ikhwana, Rizka Ramadhani, Tri Winda Lestari, Uvi Laila, dan Wina Wihelmina. Program kerja utama kegiatan ini berfokus pada permasalahan stunting anak.
Stunting merupakan sebuah kondisi dimana tinggi badan seseorang jauh lebih pendek dibandingkan tinggi badan orang seusianya. Akan tetapi, stunting berbeda dengan perawakan pendek. Anak yang mengalami stunting pasti memiliki perawakan pendek, tetapi anak dengan perawakan pendek belum tentu mengalami stunting.
Pencegahan stunting sudah menjadi masalah penting yang harus segera dituntaskan oleh pemerintah. Berdasarkan hasil Survei Status Gizi (SSGI) tahun 2022, prevalensi stunting di provinsi Riau berada pada angka 17% yang mana ini sudah lebih baik dibandingkan tahun 2021 yang mencapai angka 22,3%. Namun, angka prevalensi stunting di Kabupaten Siak tahun 2022 naik, dari 19% menjadi 22% dibandingkan tahun sebelumnya. Hebatnya, di kampung Kemuning Muda ini kasus stunting sudah nihil, namun memang ada indikator pencegahan stunting yang belum terpenuhi yaitu indikator sanitasi lingkungan yang berupa jamban sehat.
Pada penyuluhan yang telah dilaksanakan pada hari Jum’at, (14/7/2023) bertepatan dengan jadwal posyandu di Dusun 3 Kampung Kemuning Muda yang di Posyandu Flamboyan, dihadiri oleh ibu kader posyandu dan ibu-ibu yang memiliki anak dengan usia kurang dari 5 tahun. Najmi, selaku koordinator pelaksana penyuluhan stunting menyampaikan bahwa “terdapat 2 faktor risiko terjadinya stunting yaitu faktor langsung diantaranya asupan makanan dan infeksi serta faktor tidak langsung seperti sanitasi, hygiene, dan ketahanan pangan”. Ibu-ibu yang hadir memperhatikan dengan seksama penyuluhan yang dilakukan.
Najmi juga menambahkan sanitasi yang buruk dan stunting saling berkaitan, sanitasi yang buruk bisa menyebabkan masalah gangguan pencernaan pada anak. “Ketika anak sering terkena masalah pencernaan, sistem imun tubuhnya dapat menjadi lemah, anak menjadi sakit-sakitan, kurang gizi, dan akhirnya meningkatkan risiko stunting,” ucap Najmi.
Penyuluhan ini memberikan edukasi kepada ibu-ibu bahwa jamban yang tidak memenuhi syarat jamban sehat, seperti septic tank yang masih dibuat apa adanya dan tidak kedap air, septic tank yang masih terbuka tidak tertutup dan hanya berjarak kurang dari 10 meter dari sumber air minum dapat membuat bakteri E-colli atau kuman di pembuangan wc tersebut masih dapat mencemari lingkungan sekitarnya. Jamban sehat ini dapat membantu mengurangi pencemaran air dan tanah, lingkungan menjadi sehat, bersih dan tidak berbau serta tidak mengundang datangnya lalat/kecoa/serangga yang dapat menularkan penyakit.
Di saat penyuluhan sedang berlangsung, mahasiswa KKN juga membagikan selebaran poster yang berisi manfaat menggunakan jamban sehat, persyaratan jamban sehat dan sistem septic tank yang baik dan benar sehingga ibu-ibu yang hadir dapat membaca dan lebih memahami mengenai pentingnya jamban sehat dalam pencegahan stunting anak.*