BeritaAzam.com, Pekanbaru – Masyarakat Kepenghuluan Sintong Pusaka, Kecamatan Tanah Putih, Rokan Hilir merasakan banyak manfaat dengan hadirnya Rumah Belajar Inovatif PT Pertamina Hulu Rokan (PHR).
Sarana belajar kolaborasi PHR dengan Badan Restorasi Gambut dan Mangrove (BRGM) serta mitra pelaksana Cakra Consulting kini aktif menjadi pusat kegiatan pemberdayaan masyarakat desa.
Tidak hanya menjadi pusat inovasi peduli gambut dan kemandirian energi, ada banyak kegiatan pemberdayaan ekonomi masyarakat dilaksanakan di rumah inovatif hingga menjadi pusat belajar bagi siswa mulai dari Taman Kanak-Kanak (TK) hingga pelajar tingkat SD, SMP dan SMA.
“Kami melihat antusiasme anak-anak mulai dari TK hingga SMA sangat tinggi mendatangi rumah inovatif. Mereka bisa belajar tentang biogas dan cara pemanfaatan serat nanas,” kata Ketua Pengelola Rumah Belajar Inovatif (RBI) Wahyu Saputra, Rabu (26/4/2023).
Rumah biogas dengan kapasitas 10 m3 memanfaatkan kotoran sapi. Hasil energi biogas dapat digunakan untuk listrik atau memasak selama 4-5 jam/hari. Biogas diperkirakan telah menghasilkan gas metan pada akhir September 2022.
Pelajar di Rokan Hilir menjadikan rumah belajar inovatif sebagai tempat praktik pembuatan biogas setelah mendapat materi dari sekolah masing-masing. “Mereka bisa belajar langsung bagaimana memanfaatkan kotoran sapi menjadi energi,” tukasnya.
Rumah biogas ini juga menjadi sarana edukasi warga desa yang berniat membuatnya untuk skala rumah tangga. “Kita sosialisasikan kepada masyarakat yang memiliki peternakan sapi agar bisa juga memanfaatkan biogas untuk energi,” ujarnya.
Menurut Wahyu, sejak diresmikan Bupati Rokan Hilir Afrizal Sintong pada Minggu (12/2/2023) lalu, rumah belajar inovatif tidak pernah sepi dari kegiatan masyarakat. Rumah belajar inovatif saat ini sudah menjadi pusat kegiatan bagi masyarakat.
“Belum lama ini ada kegiatan sosialisasi penanaman modal untuk UMKM dari salah satu bank, tempat berdiskusi dan kegiatan ibu-ibu PKK,” jelasnya.
Kegiatan pemberdayaan ekonomi masyarakat melalui pemanfaatan serat nanas untuk bahan tenun terus dikembangkan. Masyarakat memanfaatkan limbah daun nanas di kawasan perkebunan nanas Rantau Bais menjadi produk bernilai tinggi.
Melalui rumah belajar inovatif ini, kelompok masyarakat telah menghasilkan produk dari serat nanas berupa tanjak, kain sarung, selendang dan bahan kain. “Saat ini kami tengah menyiapkan produk unggulan dari limbah nanas untuk ikut pameran, serta menyiapkan untuk pemasarannya,” ujarnya.
Ada pula peternakan kolam ikan lele sebagai edukasi ketahanan pangan. Peternakan lele dikombinasikan dengan tanaman hydrophonic serta demplot Pertanian Lahan Tanpa Bakar (PLTB) sebagai sarana edukasi warga desa yang ingin mengembangkan usaha pertanian tanpa bakar dengan memanfaatkan pupuk organik.
“Hasil panen cabai dan mentimum dapat kami gunakan untuk konsumsi masyarakat dan sisanya bisa dijual ke pasar,” katanya.
Selain pusat belajar, pihaknya berencana menyiapkan area rumah inovatif sebagai pusat olahraga (sport center) sehingga rumah belajar ini tidak pernah sepi dari kegiatan positif masyarakat desa.
“Dengan adanya kegiatan-kegiatan positif ini hendaknya dapat melahirkan pemuda-pemuda kreatif yang lebih bermanfaat,” harapnya.
Corporate Secretary PHR Rudi Ariffianto mengatakan, kegiatan ini merupakan salah satu program Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) PHR WK Rokan.
“Kami turut serta dalam mendukung aktivitas sosial dan lingkungan masyarakat. Rumah belajar inovatif ini sebagai wadah kemandirian energi dan pangan masyarakat, yang nantinya akan dimanfaatkan dalam peningkatan sumber daya manusia di sekitar wilayah operasi,” ujarnya.
Rumah belajar ini dibangun dan diproyeksikan menjadi pusat kegiatan desa yang mendorong inovasi dengan bidang pertanian, peternakan, energi dan lingkungan.
Selain itu, fasilitas ini juga dapat dimanfaatkan untuk pelaksanaan kegiatan desa lainnya dan mitra-mitra ataupun pihak ketiga seperti sekolah, perguruan tinggi, pemerintah kecamatan dan kabupaten.
Wadah berinovasi yang dihadirkan PHR ini juga didukung oleh sejumlah fasilitas pendukung yaitu reaktor biogas, PLTA micro hydro, kandang sapi, kolam ternak ikan, dapur yang disuplai oleh energi biogas, musala, fasilitas MCK (mandi cuci kakus), pos sekuriti, demplot pertanian lahan tanpa bakar, mesin produksi VCO, mesin pencacah bahan pupuk organik, hand tractor, dan lain-lain.*