BeritaAzam.com, Pekanbaru – Kunni Masrohanti yang dikenal sebagai perempuan aktivis mengajak kepada segenap perempuan, khususnya di Riau agar lebih berbudi, berdaya dan berjaya yang disebutnya dengan istilah BUDAYA. Hal ini disampaikan Kunni kepada wartawan usai dialog sempena Hari Perempuan Internasional (international Woman”s Day), Kamis (9/3/2023) di kantor RRI Pekanbaru.
“Kenapa saya sering memakai kata budaya atau salam budaya dalam setiap pertemuan atau unggahan di media sosial, karena ini bukan sekedar kata, itu kata kuncinya. Ada makna berbudi di sana. Kenapa berbudi, karena sikap berbudi, santun, lembut tapi juga tegas inilah yang membuat seorang perempuan menjadi lebih cantik. Pandai membawa diri dan tahu porsinya sehingga sikapnya pada batas wajar tapi hak-haknya tetap bisa dimilikinya,” kata Kunni.
Dilanjutkan Kunni yang lebih dikenal sebagai seniman dan budayawan ini, dalam keadaan berbudi luhur itu, perempuan juga harus mampu, berdaya memanfaatkan dengan bijak dan berbudi, seluruh potensi dalam dirinya, lalu mengolaborasikan dengan potensi yang ada di luar dirinya, baik itu potensi sumber daya alam atau sesama makhluk hidup di muka bumi.
Jika kedua hal tersebut dilaksanakan, maka perempuan juga akan mencapai kejayaan dalam menambi hak-haknya menjadi dan sebagai perempuan. Lagi-lagi kata Kunni, sesuai dengan porsinya terutama dalam mewujudkan kesetaraan gender.
“Perempuan harus tahu apa potensi dalam dirinya, lalu mengelola potensi itu sebaik dan sebijak mungkin, mengolaborasikan dengan potensi yang ada di sekitarnya, terus menyebarkan energi positif kepada sesama kaumnya dan orang-orang di sekitarnya. Kreatif, inovatif dan kolaboratif. Besar dan sukses itu tidak bisa sendiri,” kata Kunni lagi.
Selama ini Kunni dikenal sebagai sosok yang aktif bergerak di bidang seni, budaya, jurnalis, organisatoris dan bergabung di banyak komunitas. Pergerakannya tidak hanya di Riau tapi juga sampai ke tingkat nasional.
Tahun 2019 Kunni dinobatkan sebagai budayawan perempuan pertama oleh Yayasan Sagang, Riau. Tahun 2020 dinobatkan sebagai sastrawan oleh Kemendikbud Indonesia melalui Balai Bahasa Provinsi Riau. Tahun 2021 menerima anugerah kebudayaan sebagai Tokoh Budaya kategori Pelaku Setia oleh Dinas Kebudayaan Provinsi Riau. Penerima Anugerah Sagang tahun 2012 dan 2015 bersama Komunitas Seni Rumah Sunting yang didirikannya, penerima Anugerah Baiduri dari Perempuan Riau Bangkit Foundation (PRBF) tahun 2015, penerima Anugerah kebudayaan dari Pemprov Riau kategori Pemangku Seni Tradisi tahun 2014.
Sejak tahun 2000 hingga saat ini, Kunni sudah bergelut di dunia jurnalistik dan berkerja di salah satu perusahan media di Riau. Ia penerima Anugerah karya jurnalistik Rida Award tahun 2012, penerima Anugerah jurnalistik dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) kategori lingkungan dan konservasi tahun 2018 dan 2019.
Kunni juga menulis buku sastra dan budaya, naskah drama, aktris teater sekaligus sutradara teater, menghadiri dan menjadi narasumber dalam berbagai pertemuan sastra/budaya tingkat nasional dan internasional, penggagas Literasi Konservasi, penggagas perayaan Hari Puisi Indonesia (HPI) di Riau, aktif di berbagai organisasi sastra, lingkungan dan budaya.
Kunni adalah Founder Komunitas Seni Rumah Sunting Pekanbaru (2012), Owner Sunting.co.id, Ketua Wanita Penulis Indonesia (WPI) Riau (2018-sekarang), Ketua Penyair Perempuan Indonesia (2018-sekarang), Dewan Perpustakaan Provinsi Riau (2020-sekarang), Pengurus ICMI Riau (2020-2022), Pengurus LAM Riau, Dewan Perpustakaan Provinsi Ria (2020-sekarang), Pengurus Forum Kewaspadaan Dini Masyarakat (FKDM) Provinsi Riau (2021-sekarang), ( Pengurus PWI Riau (2016-sekarang), Dewan Daerah Walhi Riau (2021-skrg), Pendiri dan penasehat Laskar Penggiat Ekowisata (LPE) Riau (2014-sekarang), Pengurus Indonesia Adventure Trade and Travel Asociation (IATTA) Riau (2021-sekarang), Pengurus U-Forty Indonesia Korwil Riau (2020-sekarang), Pembina Jungle Ghost Warrohe Bload Indian Riau (2020-sekarang), Pembina Penggiat Konservasi (Persi) Riau (2020-sekarang), Pendiri Srikandi Pendaki Gunung Indonesia (SPGI) (2021-sekarang.
Karta-karya bukunya, yakni, Sunting (puisi, 2011), Perempuan Bulan (puisi, 2016), Calung Penyukat (puisi, 2019), Kotau (puisi, 2020), Dan Perempuan yang Kau Telan Airmatanya (puisi, 2021), Harmonisasi Masyarakat Alam Rimbang Baling (refleksi kebudayaan, 2018), Sekelumit Sejarah Kerajaan Gunung Sahilan (refleksi sejarah, 2018), Cipang Warisan Leluhur yang (hilang) Nyata (refleksi kebudayaan, 2019).
“Perempuan juga harus merebut hak-haknya, baik hak sosial, hak pendidikan, hak ekonomi, hak politik, hak ekologi dan hak-hak lainnya. Begitu juga sebaliknya bahwa perempuan juga harus ambil bagian dalam menjaga ketahanan itu semua. Ada kesempatan atas hak-hak itu, manfaatkan agar potensi dan energi positif dalam diri itu bisa mengalir dan bermanfaat bagi orang lain.*