Raih CSR Award Bengkalis, PHR Dinilai Sukses Jaga Ekosistem dan Antisipasi Konflik Gajah-Manusia

PT Pertamina Hulu Rokan (PHR) WK Rokan meraih penghargaan CSR Award dari Pemkab Bengkalis, penghargaan itu diserahkan Wakil Bupati Bengkalis Dr. H Bagus Santoso MP di Pakning, Kabupaten Bengkalis. Foto: Ist

BeritaAzam.com, Bengkalis – PT Pertamina Hulu Rokan (PHR) WK Rokan mendapatkan penghargaan CSR Award 2023 dari Pemerintah Kabupaten Bengkalis, Riau. Apresiasi terhadap program sosial dan lingkungan tersebut diserahkan oleh Wakil Bupati Bengkalis Dr. H. Bagus Santoso, MP, Senin (6/11/2023).

PHR WK Rokan meraih penghargaan tersebut karena dinilai berhasil dalam bidang pemberdayaan dan pelestarian ekosistem endemik Pemulihan Habitat Gajah di wilayah operasinya. Program Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) PHR ini menjadi predikat terbaik kedua, kemudian disusul oleh perusahaan-perusahaan lain yang turut berkontribusi bagi masyarakat Bengkalis.

Wakil Bupati Bengkalis Dr. H. Bagus Santoso, MP menyampaikan harapan, semoga melalui penganugerahan CSR Award tersebut dapat memicu semangat serta motivasi dunia usaha untuk terus berkontribusi dalam pembangunan masyarakat dan daerah, khususnya Kabupaten Bengkalis.

“Bersama kita bangun serta ciptakan perubahan positif yang lebih besar dalam masyarakat kita, serta memastikan kepada masyarakat bahwa warisan yang kita tinggalkan adalah warisan kebaikan,” kata Wabup.

Ia turut mengapresiasi atas kontribusi besar PHR yang telah memberikan manfaat luas bagi masyarakat dan lingkungan tersebut. Adapun yang menjadi tiga terbaik CSR Award 2023 Pemkab Bengkalis, yakni PT Kilang Pertamina Internasional UP II Sei Pakning sebagai terbaik I, lalu terbaik II PT Pertamina Hulu Rokan WK Rokan dan terbaik III PT Bank Riau Kepri Syariah Cabang Bengkalis.

PT Pertamina Hulu Rokan (PHR) WK Rokan meraih penghargaan CSR Award dari Pemkab Bengkalis. Foto: ist

Corporate Secretary PHR WK Rokan Rudi Ariffianto menyampaikan terima kasih dan turut bangga atas pencapaian program TJSL PHR tersebut. Ini merupakan salah satu komitmen PHR dalam pemberdayaan dan pelestarian ekosistem endemik Pemulihan Habitat Gajah Sumatera.

BACA JUGA:  Kunni Minta Pemkab Rohil Perhatikan Iven Budaya Raja Bejamu, Bupati Siap Anggarkan Rp5 Miliar

“Melalui program TJSL, kami turut melestarikan ekosistem dan habitat gajah, programnya yakni berupa agroforestri atau wanatani, hingga pemasangan GPS Collar untuk memantau pergerakan gajah di habitatnya. Tujuannya selain untuk menjaga populasi, juga mengantisipasi konflik antara gajah dan manusia sehingga dapat hidup berdampingan, dan masyarakat bisa mendapatkan nilai ekonomis dari program agroforestri tersebut,” kata Rudi.

Secara luas, adapun program agroforestri merupakan implementasi kerjasama PHR dengan Rimba Satwa Foundation (RSF) untuk mengembangkan pembibitan pohon-pohon yang bernilai ekonomi tinggi namun rendah gangguan gajah. Antara lain alpukat, durian, petai, jengkol, matoa dan kakao. Sedangkan jenis tanaman untuk pakan gajah antara lain rumput odot, pohon-pohon ini ditanam di area home range atau perlintasan gajah.

Program ini juga sangat didukung oleh masyarakat yang memiliki lahan di perlintasan gajah, sekitar 75 KK warga pemilik lahan di lokasi-lokasi tersebut ikut mengambil bagian karena sadar akan konservasi tersebut.

Selain itu, upaya konservasi gajah juga dilakukan secara terintegrasi melalui pembinaan habitat serta pemantauan populasi gajah. Dua unit kalung global positioning system (GPS collar) tambahan telah dipasangkan ke kelompok gajah. Melengkapi tiga unit yang sudah lebih dahulu dipasang, serta 18 unit kamera pengintai (camera trap).

Kalung GPS yang dipasangkan di leher gajah berfungsi untuk memonitor pergerakan kawanan gajah melalui satelit. Sehingga potensi konflik dengan manusia dapat dimitigasi secara dini. Selain itu, alat tersebut dapat memberikan data awal sebagai dasar penghitungan perkiraan berat badan gajah. Sedangkan kamera pengintai dipasang di kawasan perlintasan gajah guna memberikan informasi secara visual.

Sejak 2011, gajah sumatera termasuk dalam daftar merah The International Union for Conservation of Nature (IUCN), dengan status kritis atau sangat terancam punah (critically endangered). Hal ini disebabkan karena populasi gajah sumatera yang menurun lebih dari 80% dalam waktu tiga generasi terakhir, atau sekitar 75 tahun. Penurunan populasi gajah sumatra terutama disebabkan oleh hilangnya habitat, degradasi hutan dan fragmentasi habitat serta perburuan.

BACA JUGA:  Wakajati Riau Bersama Gubernur dan Kapolda Tinjau Pelaksanaan Pemilu 2024

“Dengan begitu, peran Pentahelix yang dijalankan PHR menjadi upaya dan langkah untuk melestarikan gajah dan habitatnya di alam,” tuturnya.*