Tingkatkan Wawasan Tentang TBC, Yayasan Sebaya Lancang Kuning Riau Gelar Penyuluhan

Para peserta peringatan Hari TuBerkolosis (TB) Sedunia berfoto bersama usai acara. Foto: Ist

BeritaAzam.com, Pekanbaru – Bersempena peringatan Hari TuBerkolosis (TB) Sedunia, Yayasan Sebaya Lancang Kuning Provinsi Riau melakukan pertemuan untuk meningkatkan pengetahuan tentang penyakit TBC kepada beberapa masyarakat yang berisiko tinggi terpapar bakteri TBC di Puskesmas Rejosari Kota Pekanbaru, Sabtu (18/03/2023).

Kegiatan bertema “Ayo Bersama Akhiri TBC, Indonesia Bisa” ini diselenggarakan untuk mempromosikan dan mengedukasi masyarakat akan pentingnya pencegahan tentang penyakit TB sehingga diharapkan bisa memberikan edukasi terkait penularan, gejala dan pengobatan.

Narasumber yang dihadirkan yaitu dr. Luise Santhy Clara S, salah satu dokter yang bertugas di Puskesmas Rejosari.

Ketua Yayasan Sebaya Lancang Kuning Provinsi Riau Rozi Asnita mengatakan pertemuan ini juga melibatkan narasumber yang pernah terpapar TBC dengan tujuan ia dapat berbagi pengalaman hingga bisa sembuh dan sehat kembali.

Rozi berharap pertemuan yang juga membuka sesi diskusi antar narasumber dan peserta ini bisa memberikan pemahaman lebih mendalam tentang TBC sehingga dapat mengurangi stigma negatif.

“Diskusi atau sharing pengalaman soal TBC ini sangat bermanfaat bagi peserta. Bila peserta semakin teredukasi dengan baik maka akan dapat mengurangi stigma negatif. Dan pada akhirnya terjadi penurunan angka positif TBC di Kota Pekanbaru,” ucap Rozi.

Dia mengatakan, kegiatan ini dalam rangka memperingati hari TBC sedunia yang jatuh pada tanggal 24 Maret. Acara TBC ini digelar untuk mengedukasi akan pentingnya pencegahan dan pengetahuan tentang penyakit TBC.

Sementara dr. Luise Santhy Clara S menyampaikan TBC merupakan penyakit yang disebabkan oleh kuman Mycobakterium Tuberkolosis. Kuman ini menginfeksi paru–paru dan organ lainnya melalui saluran pernafasan. Bagi anak–anak, orang dengan HIV/AIDS, penderita diabetes, dan perokok sangat rentan terkena TBC. Gejalanya seperti: batuk terus menerus, sesak nafas dan nyeri dada, turun berat badan, dan berkeringat malam walaupun tidak berkegiatan.

BACA JUGA:  Komunitas dan Pemangku Kepentingan Terapkan Pendekatan DPPM Atasi TBC

Kepada para peserta, dr Luise Santhy Clara S mengajak mendukung TOSS TBC (Temukan dan Obati Sampai Sembuh TuBerkolosis) untuk memberantas penularan TBC ke masyarakat.

“Segera ke pelayanan kesehatan terdekat jika bergejala. Jangan takut karena TBC bisa disembuhkan dan obat-obatannya tersedia gratis di puskesmas dan RSUD. Untuk menghindari TB mari terapkan pola hidup sehat, gunakan etika batuk ketika bersin dan masker serta buka jendela serta ventilasi udara agar kuman TBC hilang terkena cahaya matahari. Di sinilah pentingnya kita sebagai dokter maupun tenaga kesehatan untuk menginfokan seluas-luasnya kepada masyarakat bahwa pentingnya untuk mengetahui gejala TBC,” ujarnya seraya menambahkan pencegahan TBC wajib bagi Orang dengan HIV untuk melindungi Odha selama 3-5 tahun dengan minum obat TPT.

Diakhir pemaparannya, dr Luise kembali mengingatkan kepada peserta jika ada gejala-gejala TBC seperti batuk, sesak nafas yang lebih dari dua minggu, kemudian keringat malam untuk segera berobat ke fasilitas kesehatan terdekat.

Kegiatan ini juga melakukan skrining Bakteri TBC dengan cara pengambilan sample dahak seluruh peserta dan panitia. Diharapkan dengan pengambilan sample ini bisa mengetahui status TBC ditubuh.

Kemudian juga mengedukasi pentingnya pola hidup yang sehat. Karena dengan pola hidup yang sehat, olahraga yang teratur maka kita dapat mencegah berbagai penyakit khususnya penyakit TBC.*